HIDUP SEHAT

hidup sehat adalah pilihan

Posts Tagged ‘Cara Mudah Kenali Bahan Makanan Berbahaya

Awas Makanan Mengandung Bahan Berbahaya Masih Beredar!

with one comment

Awas Makanan Mengandung Bahan Berbahaya Masih Beredar!

siklus makanan berbahaya

siklus makanan berbahaya

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Semarang menemukan 40 makanan olahan hasil industri rumah tangga yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti boraks, rhodamin B, auramin, dan metanyl yellow. Untuk itu, masyarakat diimbau berhati-hati dalam memilih dan mengonsumsi makanan olahan.

“Makanan olahan tersebut terdiri dari 24 makanan olahan, seperti terasi, abon, lamting, dan 16 kerupuk yang berasal dari industri rumah tangga di Jawa Tengah,” ujar Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Semarang Maringan Silitonga, di Kota Semarang, Selasa (7/4).

Menurut Maringan, temuan tersebut didasarkan hasil uji laboratorium oleh petugas yang dikuatkan oleh pernyataan para perajin. Makanan olahan itu dinyatakan positif mengandung rhodamin B, auramin, dan metanyl yellow yang biasanya digunakan untuk pewarna tekstil serta boraks yang biasa digunakan untuk obat.

Apabila dikonsumsi, bahan kimia seperti rhodamin B dapat menyebabkan gangguan pada jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan, dan kulit. Auramin dapat menyebabkan gangguan jaringan ginjal, hati, dan saluran pencernaan. Metanyl yellow menyebabkan kanker saluran kemih, iritasi saluran pernafasan, dan gangguan penglihatan. Adapun boraks membuat iritasi kulit, mata, dan kerusakan ginjal.

“Pewarna tersebut biasanya menimbulkan warna yang mencolok pada makanan, seperti kerupuk yang berwarna merah dan kuning terang,” tutur Maringan.

Maringan mengakui telah menyita pewarna yang digunakan oleh para pelaku usaha dan mencoba menarik makanan tersebut dari peredaran. Namun, masyarakat tetap harus waspada karena sebagian makanan tersebut telah beredar, katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Jateng Hartanto mengatakan, pewarna tekstil yang digunakan untuk makanan tersebut sebaiknya diawasi agar tidak dijual dalam kemasan kecil sehingga mudah diakses oleh masyarakat. Padahal, zat yang dikandungnya sangat berbahaya untuk dikonsumsi, katanya.

Hartanto mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet, pewarna, dan pengenyal tanpa ada kejelasan produknya. “Lebih aman untuk mengonsumsi makanan yang segar saja,” katanya.

Cara Mudah Kenali Bahan Makanan Berbahaya

junk food

junk food

Dalam percakapannya dengan ANTARA News di Surabaya, ia menyampaikan metode pengenalan paling mudah dari berbagai sudut yakni warna, kandungan boraks, kandungan formalin, daging gelonggongan, ayam basi, ikan basi, makanan kaleng, bahaya snack, dan bahaya kemasan plastik.

“Kalau ada makanan yang warnanya mencolok dan menarik justru harus dicurigai, misalnya saos yang warnanya membekas di tangan memungkinkan pewarna yang digunakan adalah pewarna tekstil yang dapat menyebabkan kanker,” katanya.

Untuk boraks, katanya, dapat diamati dari bakso. “Kalau kenyal atau mudah dipantulkan seperti memantulkan bola karet di tanah, maka berarti banyak mengandung boraks. Bisa juga dari tanda-tanda gigitan yang kembali ke bentuk semula setelah digigit,” katanya.

Sebaliknya, katanya, tahu putih yang terlalu keras justru patut diduga mengandung formalin. “Kalau tahu kuning yang keras, kami belum melakukan penelitian, tapi kalau tahu putih yang tidak lembek dapat diduga ada kandungan formalin di dalamnya,” ucapnya.

Tentang daging gelonggong (daging yang diisi air), dosen Fakultas Farmasi (FF) UKWMS itu mengatakan daging seperti itu dapat dikenali dari air yang menetes bila digantung.

“Jadi, pilih saja daging yang digantung. Kalau ada air yang menetes berarti daging gelonggongan. Cara lain mengenali dari warna daging yang asli masih merah segar dan serat-serat di dalam daging juga tidak menggelembung, ” katanya.

Harga yang tidak wajar juga merupakan pertanda. “Harga daging yang wajar itu Rp46 ribu perkilogram, nah kalau harganya lebih murah dari itu berarti patut dicurigai sebagai daging gelonggongan, ” ungkapnya.

Kalau daging ayam, bagaimana cara mengenali daging dari ayam yang mati?

“Daging ayam yang masih segar itu berwarna agak kekuning-kuningan, kalau warnanya putih bersih justru dimungkinkan dari bekas ayam mati, apalagi kalau ada warna biru seperti bekas memar serta bau sangat amis,” katanya.

Bahkan, katanya, ada pula daging ayam yang direndam formalin agar awet. “Kita dapat mengenali daging ayam berformalin dengan menekan atau mendorongnya dengan jari telunjuk. Kalau keluar lendir atau air berarti pernah direndam dengan formalin,” katanya.

Namun, katanya, formalin dalam makanan juga dapat dihilangkan. “Caranya, makanan yang mencurigakan itu direndam dengan air panas sekitar 30 menit atau dipanaskan dengan oven bersuhu 121 derajat tiga menit. Kalau ikan dapat direndam dengan air cuka 5 persen selama 15 menit atau direndam air garam selama 30 menit untuk ikan asin,” katanya.

Lain halnya cara mengenali ikan basi. “Kalau ditekan justru lembek, warna insang tampak merah tua, atau mata ikan justru terlihat bening, maka cirinya ikan itu basi atau diberi formalin. Paling mudah ya beli saja ikan yang masih ada tanda-tanda hidup,” katanya.

Caroline juga menyarankan agar masyarakat jangan membeli makanan kaleng yang kemasan kalengnya sudah penyok.

“Kaleng yang penyok akan mengubah konsentrasi di dalam kemasan, karena kaleng penyok dapat mengandung racun akibat adanya kandungan botulimun (bahan dasar kosmetik). Kalau mau aman ya dipanaskan seperti ikan atau dibakar agar racunnya mati. Biasanya, supermarket justru memberi diskon,” katanya.

Untuk snack (makanan ringan) yang banyak disukai anak-anak, katanya, justru perlu dilihat komposisi zat warna-nya dan nomor registrasi. “Kalau warna-warnanya mencolok atau tanggal produk-nya kadaluarsa justru berbahaya,” katanya.

Satu lagi bahaya yang sering tak disadari adalah kemasan dari plastik, styrofoam, dan melamin. “Kalau kemasan itu diisi dengan bakso panas, soto panas, teh panas, dan makanan atau minuman serba panas akan dapat menyebabkan kanker,” katanya.

12 April 2009 09:30 wib
kompas.com